Rabu, 20 April 2016

BERIMAN dengan ILMU





Siapakah yang pertama kali membuat Tabir pembatas antara jamaah wanita dan jamaah lelaki dalam masjid?
Bila kita ceramati dan pahami Hadits nabi ; “Sebaik-baik shaf pria adalah shaf yang awal dan sejelek-jelek shaf pria adalah yang akhirnya. Sebaik-baik shaf wanita adalah shaf yang terakhir dan sejelek-jelek shaf wanita adalah yang paling awal.” (Shahih, HR. Muslim, no. 440).
Terlihat dengan jelas bahwa telah ada urutan posisi jamaah dalam masjid dari depan ke belakang. Akan tetapi dengan adanya tabir pembatas, hadits ini seolah tak lagi ada gunanya. Perempuan yang datang pertama mengejar posisi di barisan depan (setelah pembatas).

Sebuah pertanyaan mendasar, siapakah manusia yang membuat kebijakan ini?
Ketika saya mencoba mencarinya di google dengan keyword “siapa yang pertama membuat tabir pembatas dalam masjid” saya tidak menemukan jawaban yang saya cari. Anehnya tabir pembatas ini ada pada hampir setiap masjid yang pernah saya datangi.
Mengapa?

Dan lebih parahnya lagi.... Pada hampir setiap masjid, (khususnya di bulan ramadan) posisi penceramah cendrung mendekati tabir ini. Sehingga si penceramah dengan bebas akan dapat melihat ke arah jamaah perempuan. Hal ini jelas bertentangan dengan Hadits di atas. Tapi mengapa ini terjadi pada hampir setiap masjid?

Mari kita bersama-sama mencari ilmunya, agar Iman kita tidak hanya ikut-ikutan saja. Pabila tidak kita dapati ilmu tentang ini, barangkali hal ini dapat dikategorikan sebagai bagian dari Bid’ah. Sesuatu yang jelas-jelas musti ditinggalkan. Dan sesegera mungkin kita kembali kepada Ajaran Rasul Allah, yakni mengamalkan hadits di atas.