Rabu, 25 November 2009

Pelajaran Dasar AutoCAD

Oleh Indra Wita



A. Mengaktifkan AutoCAD 2004
Untuk mengaktifkan AutoCAD 2004, kita mulai dengan mengklik Start > Program > Autodesk > AutoCAD > AutoCAD 2004.
Dengan demikian kita akan di hantarkan pada halaman kerja AutoCAD 2004.

B. Membuat Garis
Untuk membuat garis, kita lakukan dengan perintah Klik Draw > Line.
Oh, ya untuk pedoman kerja. Disini kita akan membuat gambar lapangan bola kaki.
Selanjutnya kita tentukan titik awal garis itu dan titik selanjutnya.
Disini kita akan membuat garis tegak yang dimulai pada titik sembarang tempat, lalu titik berikutnya kita buat sejarak 90 m dari titik awal.
Garis yang pertama ini kita copy ke samping se jarak 5,5 m, 11 m, 16,5 m dan 60 m ke kanan dan 2 m ke kiri.
Ingat setiap perintah harus di akhiri dengan menekan ENTER. Sehingga pada command line akan muncul pesan command.
Lalu kita buat garis mendatar, dengan mempertemukan titik garis tegak tegak pertama dengan yang terakhir.
Selanjutnya kita copy garis yang baru di buat ini dengan pedoman titik awal garis sebagai titik perpindahan dipindahkan ke titik pertengahan garis tegak.
Lalu kita copy garis yang baru dicopy itu ke bawahnya sejarak 20,15 m.
selanjutnya garis yang barusan di copy itu kita copy lagi sejarak 11 m dan 16.5 m ke atas.

C. Membuat Lingkaran
Untuk membuat lingkaran kita lakukan dengan perintah Klik Draw > Circle > Center, Radius.
Disini kita akan membuat lingkaran dengan radius 9,15 m dengan titik pinalti sebagai sumbunya.
lalu kita copy lingkaran itu untuk lingkaran tengah lapangan.
Lalu kita buat lagi lingkaran untuk lokasi tendangan sudut dengan radius 1 m.

D. Membuat penanda
Untuk membuat penanda kita lakukan dengan perintah Klik Draw > Donut.
Setelah meng-klik perintah Donut, kita tentukan diameter dalam donut itu sebesar 0, dan diameter luarnya sebesar 1.

E. Pengacaan
Untuk pengacaan gambar kita lakukan dengan perintah, Modify > Mirror.
Lalu kita pilih gambar yang akan di kacakan,
Selanjutnya kita tentukan batas kaca yang akan kita pakai
Seterusnya kita enter

F. Memotong
Untuk memotong garis atau lingkaran kita lakukan dengan perintah, Modify > Trim.
Lalu kita blok semua garis dan lingkaran yang tadi kita buat.

G. Memindahkan
Untuk memotong garis atau lingkaran kita lakukan dengan perintah, Modify > Move.
Lalu kita pilih gambar yang akan kita pindahkan.
Lalu kita tentukan titik beranjaknya.
dan teruskan dengan menentukan titik targetnya.
Dengan perintah pengacaan, kita akan menyelesaikan gambar lapangan bola kaki.

Sekian dulu untuk kali ini, Pada kesempatan berikutnya kita akan mencoba membuat gambar benda dalam 3D.
Oh, ya. Jika anda ingin bertanya seputar masalah AutoCAD, dengan tidak berpikir bagaimana urusan pendanaan (free) saya sedia menjawab telepon anda di 081363349728.
Paling-paling yang anda perlu pikirkan tentu saja pulsa anda untuk bisa menghubungi saya. Jangan sampai cewek yang menjawab panggilan anda dengan informasi “Maaf pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini”. Hehehehe.


Selamat mencoba. Semoga berhasil

File yang lebih lengkap (disertai gambar sesuai urutan kerja) silakan download disini atau disini

Senin, 23 November 2009

Maklah TV

DAMPAK NEGATIF TELEVISI TERHADAP ANAK DAN USAHA MENGANTISIPASINYA


Oleh Drs. Akmal Sutja, M.Pd


 


BAB I


PENDAHULUAN


 




  1. Latar Belakang

Terkesan dengan  tugas laporan buku  Social Learning Theory dari Albert  Bandura, yang melihat televisi sebagai modeling perilaku manusia, dan hasil penelitian Albert Bandura tentang  pengaruh televisi terhadap perilaku manusia, sehingga menghasilkan  dalil-dalil  seperti 1) belajar  melalui observasi yang sungguh-sungguh akan mengakibatkan terorganisir dan tersimpannya model perilaku dalam memori seseorang  serta  kemudian mendorong dengan kuat seseorang untuk melakukannya.  2) reinforcement bukanlah hanya belajar tentang respon, tetapi menentukan ya atau tidaknya seseorang  mempergunakan kemampuan yang diperoleh dari pengamatan itu, serta   3) tayangan kekerasan pada televisi dan kondisi lingkungan pisik yang saling menyerang  justru akan membentuk; perhatian (attention),  keinginan mengulangi kembali (retention), serta  munculnya motivasi (motivation)  untuk menyerang orang lain.


Namun  dalil tersebut agaknya belum komprehensif untuk mengupas dampak televisi bagi perkembangan manusia.  Karena televisi tidak hanya  menjadi acuan atau modeling seseorang berperilaku, tetapi sebebenarnya lebih lebih mendasar dari itu,  yaitu mempengaruhi reaksi dan proses kerja syaraf otak serta pisik seseorang  Mungkin kita berkesempatan menambah atau mengembangkan dalil Bandura ini, dengan mencermati penelitian  yang dilakukan oleh ahli lainnya.


Untuk mendeskripsikan pengaruh  tayangan televisi terhadap anak-anak ini,  maka penulis senggaja untuk mengangkat  persoalan televisi ini sekali lagi sebagai makalah  untuk diajukan dalam perkuliahan  Aspek Sosial Budaya dalam Pengembangan Pendidikan, di bawah asuhan yang mulia  Prof Dr. Achmad Hufad, M,Ed, dengan judul ”Dampak Negatif Televisi terhadap Anak dan Usaha Mengantisipasinya


 



  1. Permasalahan

Bila Bandura melihat televisi sebagai modeling  perilaku kekerasan, namun  di pihak lain para ahli syaraf juga menemukan, bahwa televisi  justru bisa membuat otak limbig dan otak pikir seseorang jadi mandul, terutama sekali anak-anak.  Oleh sebab itu, permasalahan makalah ini adalah; dampak negatif televisi pada anak dan cara mengatasinya. Pembahasan akan difokuskan kepada


1). Televisi sebagai sumber belajar


2).  Dampak televisi  terhadap proses kerja otak


3)   Dampak Televisi terhadap  keseimbangan  pancaindra


4)   Mengtasi dampak negatif televisi pada anak-anak


 



  1. Sistimatika Penulisan

Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut


Bab   I   Pendahuluan 


Bab  II   Pembahasan


Bab  III  Kesimpulan


 


 BAB  II


PEMBAHASAN


 


  A.  Televisi sebagai Sumber Belajar


Ketika Charles Francis Jenkins, dari  USA, (1923) mendemonstrasikan  televisi, dan diikuti dua tahun kemudian  oleh John Logie Baird dari Inggris, pastilah mereka tidak membayangkan, bahwa temuan mereka kelak akan menjadi   media komunikasi massa yang  digemari dan berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Ditonton dan dibutuhkan semua lapisan masyarakat, dan banyak orang yang menghabiskan waktunya berjam-jam setiap hari  untuk menyaksikan  tayangan dari televisi itu.


Juga tak mungkin terpikirkan pula bagi mereka bahwa televisi  temuan mereka akan menjadi acuan perilaku banyak  orang, pusat sumber belajar  masyarakat . Memberi informasi sekaligus edukasi dan hiburan. Dimanfaatkan banyak pihak, mulai dari pelaku ekonomi untuk iklan produksinya,  politikus untuk promosi diiri, sampai petani dan nelayan untuk mengetahui cara bercocok tanam dan ramalan cuaca.


Namun Moore (2004) menyatakan bahwa tayangan televisi sekarang telah banyak terkontaminasi dengan pesan terselubung atau terang-terangan dan berdampak negatif terhadap anak-anak. Sehingga kehadiran televisi sekarang ini   bagikan pedang bermata dua, ada sisi positif  atau negatifnya.


Mengapa televisi  bisa tampil sebagai media komunikasi massa yang  digemari banyak orang itu?  Bandura (?)  menjelaskan  bahwa televisi sebagai media massa yang  amat disukai banyak orang  disebabkan karena  televisi memiliki sifat sederhana (mudah dipahami), distinctif, (menonjolkan hal yang berbeda)  disukai (mengikuti kehendak atau kesukaan pemirsanya), bermanfaat  (ada hikmah atau manfaat yang bisa dipetik dari tayangan itu) dan menarik (dengan menghiyas atau mengusahakan segala sesuatu itu menawan hati).


Oleh karena itu, adalah mustahil, bilamana setiap anak  bisa dibebaskan dari televisi. Kalaupun tidak miliki sendiri, mereka akan bergabung menonton ke rumah tetangga. Daya pikat televisi sunguh luar biasa. Tak membedakan usia, dari balita sampai manula, laki-laki maupun wanita, Tak peduli kaya atau miskin, di kota atau di desa, di rumah bahkan di kantor di dalam kenderaantelevisi benar-benar menjadi kebutuhan setiap rumah, setiap keluarga, dan di masa depan akan menjadi kebutuhan setiap individu.


Televisi membuai orang sampai terlena. Silih berganti acara menarik disuguhkan, mulai dari yang jenaka sampai  debat ilmiah, dari  berita sampai kepada drama,  dari  yang  tradisonal sampai tayangan close-up. televisi tampil  seakan tanpa cela. televisi telah menghubungkan orang dengan dunia luar. Tak lagi rahasia dunia tersisa. Kejadian sekecil apapun, di belahan dunia yang amat jauh  bagaikan dipelupuk mata. Dilayar yang kecil itu seorang bocah bisa menyaksikan worl-cup, peperangan, bahkan juga menyaksikan  pidato Barack Obbama, SBY  atau Ahmadinejef di depan bangsanya masing-masing. Televisi menjadi jendela dunia. Pusat perhatian dan jalur informasi yang  belum tertandingi. Dewasa ini televisi memiliki ragam fungsi; informasi, edukasi, ekonomi, rekreasi, serta hiburan.


 


B.  Dampak televisi  terhadap proses kerja otak


Dibalik tayangan televisi yang penuh pesona itu, ternyata banyak bahaya yang mengintai, khususnya  bagi pendidikan anak. Memberikan kebebasan menonton televisi ternyata memiliki danpak negatif terhadap susunan syaraf otak, kepribadian dan pisik anak. Dokter spesialis anak asal San Francqqisco Amerika, Susan R Johnson, MD. (2000)  yang dimuat  Intisari Edisi Mei 2000, melaporkan, bahwa  televisi  mempengaruhi sistem kerja syaraf otak anak.


Menurut Johnson (2000)  otak manusia tersusun  dua belahan, kiri dan kanan. Namun reaksi atau proses kerjanya  tumbuh dan berkembang secara perlahan melalui tiga tahapan, dari otak primitif (action brain), otak limbik (feeling brain) dan akhirnya otak pikir (neocortec, atau thought brain). Proses kerjanya saling berkaitan, dan  juga dimulai sesuai dengan urutan tersebut, meskipun ketiganya mempunyai fungsi sendiri-sendiri.


Otak primitif mengatur kegiatan pisik dalam rangka kelangsungan hidup;  mengelola gerak reflek, mengendalikan gerak motorik, membantu keseimbangan fungsi tubuh serta memproses informasi yang masuk dari panca indra. Kemudian  baru setelah itu  otak limbig bereaksi  dan terakhir otak pikirSaat menghadapi ancaman atau keadan bahaya otak primitif bersama otak limbig menyiapkan reaksi "hadapi atau lari". Itulah sebabnya, sering kali reaksi pisik dan emosi lebih dulu sebelum otak pikir sempat memproses imformasi.


Otak limbik memproses informasi seperti rasa suka, sayang, cinta sampai rasa sebal dan benci. Otak ini sebagai penghubung otak pikir dan otak primitif. Maksudnya, otak primitif dapat diperintah mengikuti kehendak otak pikir. Tetapi  disaat lain otak pikir,  dapat dikunci untuk tidak berfungsi, dikalahkan fungsi otak primitif dan limbig. Keadaan darurat,   mengerikan atau emosional,  orang sering kali hanya  mengikuti printah otak primitif dan limbik. Otak pikir diam dan tidak berfungsi apa-apa,  karena dikunci kedua otak tersebut.


Sedangkan otak pikir yang merupakan bagian otak yang paling obyektif menerima masukan dari otak primitif dan otak limbik. Namun ia butuh waktu lebih banyak untuk memproses informasi termasuk image dari otak primitif dan otak limbig. Otak pikir juga merupakan tempat bergabungnya pengalaman, ingatan, perasaan, dan kemampun berfikir untuk melahirkan gagasan dan tindakan.


Otak manusia memiliki  miliaran neorun (syaraf). Setiap ada  hal penting dan berkesan bagi individu, maka dalam otak terbentuk jaringan atau sambungan baru. Sambungan itu akan terbungkus oleh protein yang berada dalam  batang neuron, atau  ini disebut   proses melienasi.


Mielinasi syaraf otak berlangsung secara berurutan, mulai dari otak primitif, lembig, dan otak pikir. Jalur syaraf yang makin sering digunakan membuat sambungan semakin menebal. Makin tebal sambungan makin cepat impuls syaraf atau akan lancarnya perjalanan sinyal bolak balik ke otak. Bila sambungan tersebut jarang digunakan, maka ia akan lambat dan membutuhkan banyak waktu. Karena itu, anak yang sedang tumbuh dianjurkan menerima rangsangan dari lingkungannya sehingga  masuk dan diproses  dalam otaknya sebagai melienasi.


Otak anak, sejak  lahir, memiliki lebih 10 miliar neuron (sel-syaraf) Tiga tahun pertama, merupakan priode yang sensitif untuk membentuk ribuan sambungan  (melienasi)  antar neuron yang disebut  dedrite dan axon. Axon lurus dan dedrite bagaikan sarang laba-laba. Sambungan itu akan terbungkus melalui proses melienasi. Meskipun otak anak 6-7 tahun, ukurannya  masih kecil  dan  baru  dua pertiga otak orang dewasa,  tetapi memiliki kemampuan 5-7 kali lebih banyak sambungan antar neutron dari pada otak orang dewasa. Otak anak punya kemampuan yang cepat  untuk menyusun sambuang antar neuron. Ini disebabkan, karena usia demikian  otak anak dilengkapi dengan enzim berupa lemak  yang memudahkan melienasi tercipta.


Karena melienasi itu tercipta sebagai akibat beroperasinya fungsi otak, maka  pada masa itu anak  perlu mendapat berbagai  pengalaman yang positif dan  bermanfaat bagi kehidupan mereka nantinya. Kalau anak tidak mendapat pengalaman itu serta  lingkungan tidak merangsang terbentuknya  melienasi  tersebut, maka sambungan  tersebut tidak akan terjadi., sehingga  otak anak bagaikan folder kosong dengan kapasitas besar.


Namun  kecepatan  menciptakan sambungan itu akan berkurang pada usia 10-11 tahun jika tidak dikembangkan atau digunakan. Karena saat itu, enzim dan lemak  yang diperlukan untuk melienasi dilepaskan dari  otak dan melarutkan semua jalur urat syaraf  (parthway) yang tidak terbungkus atau terbentuk.


Sebelum anak berusia 4 th melienasi banyak terjadi pada  otak primitif. Setelah umur 6 -7 tahun  mileinasi baru  bergeser ke otak pikir. Awalnya  dari belahan otak kanan yang antara lain bertugas merespon citra visual.  Ketika menonton televisi belahan otak kanan inilah yang paling dominan kerjanya. Sedangkan ketika membaca menulis, dan berbicara belahan otak kiri yang dominan. Tugas utama otak kiri adalah berfikir secara analitis dan menyusun argumen logis langkah demi langkah. Ia menganalisis kata dan makna bahasa (misalnya kemampuan mencocok suara dengan alfabet) juga mengelola keterampilan otot halus seperti menggerakan mulut, lidah atau suara.


 


Kedua belahan otak itu dijembatani oleh bundel (urat) syaraf yang disebut corpus collosum, sisi kanan dan kiri saling berkoordinasi melalui jembatan ini. Aktivitas motorik kasar seperti lari  lompat tali, memanjat serta aktivitas motorik halus menggambar, merenda, membuat origami dan bikin lukisan merupakan aktivitas penting melienasi. Jalur ini memungkinkan kemampuan berfikir analitis, (otak kiri) dan intuitif (otak kanan) untuik saling mempengaruhi. Sejumlah ahli neuropsikologi percaya bahwa buruknya hubungan atau jembatan ini mempengaruhi kemampuan berkomunikasi antara belahan otak kanan dan kiri. Diduga, inilah penyebab timbulnya kesulitan perhatian pada anak.


 


C.   Televisi dan  problem  pancaindra


Mulai semenjak kanak-kanak,  pancaindra harus mendapat porsi pengalaman yang seimbang. Artinya antara mata, telinga, hidung, lidah, serta kulitnya perlu mendapat pengalaman yang sama agar bisa terjalin koordinasi sinyal ke otak. Pemaksaan kepada salah satu indra saja sangat memungkinkan panca indra lainnya akan  tidak cepat diterima oleh otak.


Televisi  sesungguhnya hanya memberikan informasi kepada dua indra; mata dan telinga. Meskipun dengan  visual yang sempurna serta suara yang seterio  sebenarnya tidak membawa arti banyak pada anak.  Karena ketajaman visual dan pandangan  tiga demensional  anak belum berkembang sepenuhnya sampai usia 4 tahun. Gambar yang dihasilkan televisi itu tidak nyata, tidak vokus dan sering kabur karena tersusun dari titik-titik sinar. Hal ini membuat mata anak-anak jadi terpaksa sehingga cepat menimulkan kelelahan


Karena televisi lebih merangsang mata, dari pada  lainnya,  maka menempatkan  mata anak  pada rangsangan yang berlebihan. Pada hal kondisi pisik mata  anak justru  memerlukan perlidungan agar mata mereka  tidak  menerima rangsangan yang berlebihan itu. Pupil mata mereka sering kali kekeringan karena durasi yang cepat saat menonton itu mereka jarang berkedip. Akibatnya kerusakan mata bagi anak yang  setiap hari menonton televisi lama adalah suatu yang lumrah ditemui.


Anak-anak ibarat  lensa kamera, mereka meyerap apa saja yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan dan disentuh dari lingkungan mereka. Kemampuan otak mereka untuk memilah atau menyaring pengalaman, rasa senang  atau  tidak,  aman atau berbahaya belum berkembang, sehingga  memungkinkan ia menyenangi dan ingin mengambil  binatang berbisa karena warnanya yang indah. Sama halnya dengan dorongan modeling  yang disebut   Bandura (?)  vicarious reward justru dianggap sebagai legitimasi  atas suatu tindakan kekerasan. Di sini juga dapat merubah kewaspadaan anak terhadap  bahaya yang mengancamnya.


Rangsangan dan perkembangan indra itu, pada gilirannya akan mengembangkan bagian tertentu  dari otak primitif yang disebut dengan reticuler activating system (RAS) RAS ini pintu masuk dimana kesan yang ditangkap setiap indra saling berkoordinasi sebelum diteruskan ke otak pikir. RAS merupakan wilayah di otak yang membuat kita mampu memusatkan perhatian. Kurangnya stimulasi, atau sebaliknya stimulasi yang berlebihan, ditambah lagi dengan gerakan motorik kasar dan halus yang tidak berkembang secara baik, bisa menyebabkan rusaknya perhatian terhadap lingkungan. Anak akan telihat bebal dan cuek dengan  lingkungannya.


   Dengan demikian,  televisi  telah mendorong terciptanya dominasi  mata  sebagai  jalan masuk ke otak, dan tentu saja akan membuat  indra lainnya tidak mendapat respon yang cepat. Oleh sebab itu, maka anak yang sering menonton televisi  tidak akan mudah bereaksi dan terlihat  mudah lupa bila mendengar perintah orang tua, serta terlambat dalam mengoperasikan otak pikirnya.


Televisi juga barang elektronik lain, memancarkan gelombang elektromagnetik, maka disarankan posisi menonton setidaknya 120 cm dari televisi dan 45 cm dari layar komputer. Sistem visual dalam kemampuan mencari atau search out, memindai atau scan, memfokus, dan mengindentifikasi apa yang masuk dalam bidang pandang terganggu oleh kegiatan menonton televisi, pada hal keterampilan visual ini perlu dikembangkan dengan kaitannya dengan membaca efektif. Saat menonton  pupil mata anak tidak melebar, dan nyaris tidak ada gerakkan mata, pada hal  gerakan  yang  elastis  justru penting dalam kegiatan membaca. Mata dituntut harus bergerak dari kiri ke kanan halaman saat membaca.


Kemampuan untuk memusatkan perhatian, juga menghasilkan sistem visual ini, sementara itu gambar- gambar televisi yang berubah secara cepat tiap lima-enam detik pada kebanyakan tayangan acara dan dua sampai 3 detik pada iklan, membuat otak pikir tidak punya kesempatan memproses imag, pada hal otak pikir perlu 5 sampai 6 detik  untuk memproses gembar begitu mendapat stimulus.


Membaca buku, berjalan-jalan di alam, bercakap dengan orang lai--dimana anak punya kesempatan untuk merenung dan berpikir jauh lebih mendidik dari pada menonton televisi --- Kegiatan ini meniadakan pengalaman berharga itu. Menonoton televisi merupakan pekerjaan tanpa akhir, bahkan  tanpa tujuan. Tidak seperti makan dan atau jalan-jalan  yang ada masa  kenyang dan lelahnya.  Menonton televisi tidak ada ujungnya. televisi membuat anak ingin terus menonton, tanpa pernah merasa puas.


 


D.   Televisi; Mematikan  Gerak Reflek


Meskipun acara televisi yang dikhususkan  untuk anak, tetap saja  tayangan itu  meletakkan belahan otak kiri dan sebagian belahan otak kanan ke dalam gelombang alfa (slow wafe of in activity) televisi membius fungsi-fungsi otak pikir dan merusak keseimbangan serta interaksi antar kedua belahan otak kiri dan kanan itu.


Bila membaca menghasilkan gelombang beta kuat dan aktif, sedangkan menonton televisi mengembangkan gelombang alfa lambat di belahan otak kiri dan kanan. Belahan kiri merupakan pusat penting dalam kegiatan membaca, menulis dan berbicara. Otak kiri merupakan tempat di mana simbol-simbol abstak (alfabet) dikaitkan dengan bunyi. Sumber cahaya televisi yang berpencar dan bergetar di duga ada kaitannya dengan  meningkatnya aktivitas gelombang lambat itu.


Otak primitif tidak dapat membedakan mana gambar riel dan mana gambar cahaya  televisi, karena penglihatan merupakan tanggung jawab otak pikir. Karena itu, ketika televisi menanyangkan gambar clus-up dan gambar bercahaya secara tiba-tiba, otak primitif bersama otak limbig segera menyiapkan respon, hadapi atau lari. Dengan melepaskan hormon dan kimia ke tubuh yang akan berperasi. Seperti, bila akan memukul,   jantung mengalirkan darah ke salah satu kepalan tangan yang akan bereaksi. Darah yang mengalir ke otot anggota badan meningkat bersiap-siap menghadapi keadaan bahaya.


Namun karena itu tidak riel kenyataan,  maka anggota tubuh yang telah disiapkan otak untuk melakukan reaksi tersebut tidak bereaksi, dan  segera  kesiapan ditarik pelan-pelan  oleh mekanisme tubuh. Bila ini terjadi berulang kali,  justru akan menyebabkan  anggota tubuh  kehilangan gerakan refleksnya, bahkan mandul. Bila terjadi kenyataan sesungguhnya, gerakkan reflek tubuh akan kalah sehingga orang yang bisanya menonton televisi terlalu lama akan terlihat lambat dalam gerakkan reflek ini.


Karena itu terjadi dalam tubuh tanpa diikuti gerakan yang sesuai dengan  anggota badan, maka acara-acara televisi tertentu sesungguhnya meletakkan kita kepada keadaaan strees atau kecemasan kronis. Berbagai studi menunjukkan, pada orang dewasa yang mengalami stess kronis, pertumbuhan belahan otak kirinya terhenti (atrofy). Ketika otak anak dipapari rangsagan visual sekaligus suara, yang diserap hanyalah visualnya. Ilustrasi tentang fenomana ini dapat dilihat pada sekelompok anak 6-7 tahun yang disunguhi tontonan vidio yang suaranya tidak sesuai dengan gerakkan visualnya. Begitu ditanya, mereka tidak megetahui kalau suara dan gambarnya tidak klop. Itu artinya, mereka tidak menyerap isi totontannya.


Menonton televisi cenderung meningkatkan obesitas baik dikalangan anak-anak maupun orang dewasa. Sebuah studi dilakukan Moore (2004) karena banyaknya iklan permen di televisi menyatakan 15,3 persen anak-anak berusia 6 sampai 11 di USA mengalami kelebihan berat badan. Pada hal  tahun sebelumnya pada tahun 1999-2000, hanya  4,2 persen.


Disamping itu, saat menonton televisi, orang merasa  terlepas dari kehidupan nyata. Di  kursi yang nyaman di rumah yang sejuk dengan  banyak makanan adalah terasa  biasa  saja kendatipun di televisi ditayangkan para tuna wisma orang kelaparan atau menderita serba kekurangan. Mungkin adnya yang tersentuk, melihat nasib mereka, tetapi tidak berbuat apa-apa.


Amat beda bila seseorang membaca kehidupan tuna wisma tersebut. Meskipun  ada yang mengatakan bahwa boleh membaca bukupun hanya membangkitkan perasaan serupa tanpa berbuat apa-apa. Namun menurut dokter Johnson (2000) saat sedang membaca buku yang tidak banyak gambarannya, pikiran bisa berimaginasi dan punya kesempatan memikirkannya. Pikiran itu dapat menggiring seseorang kepada gagasan yang menimbulkan isnpirasi untuk melakukan  sesuatu.  Sementara  televisi tidak memberi adanya jeda waktu agar seseorang punya kesempatan berimajinasi seperti itu, karena  segera tayangan baru sudah muncul lagi.


Kita tidak akan pernah lupa dengan apa yang pernah kita lihat. Otak limbik dihubungkan dengan memori. Dan gambar di televisi kita ingat entah secara sadar, tanpa sadar atau bawah sadar. Maka kita hampir tidak mungkin menciptakan imajinasi. Sebaliknya, orang sering kecewa ketika menonton film yang pernah dibacanya,  karena ia tidak lagi berimajinasi, padahal  imajinasi  tentang  sesuatu yang lain mungkin muncul dalam dirinya.


Ketika menonton televisi, seringkali  anak-anak tidak menggunakan imajinasi sama sekali, itu berarti kurang pelatihan otak -pikir untuk menciptakan angan-angan, intuisi, inspirasi, dan imajinasi. Bahkan televisi menjauhkan anak-anak untuk  berinterkasi dengan lainnya  saat  menonton acara tersebut. Mereka bersifat individual kendatipun mereka menonton dalam ruangan dan televisi yang satu.


 


E.   Mengatasi danpak negatif televisi


Dalam situs Departemen kesehatan diturunkan berita dengan tajuk Gaya Hidup Sehat dengan Sedikit nonton TV.  Ini menandakan bahwa  menonton televisi  yang lama  justru  dapat membawa orang ke dalam kondisi tidak sehat. Ternyata kesadaran  ini tidak hanya ditemukan di Indonesia, tetapi di USA,   Frazier Moore (2004)  sangat mencemaskan  kebiasaan masyarakatnya yang  menonton televisi rata lebih dari 4 jam setiap harinya. Sehingga ia mengajak pemirsa televisi untuk menengok kehidupan luar, dengan cara  menciptakan gerakkan   “Pekan Matikan TV” Selama satu pekan itu  masyarakat diajak untuk memanfaatkan waktunya  bersama tetangga, teman-taman di tempat kerja atau di kampus untuk bergabung melakukan kegiatan lain kecuali nonton televisi.


Namun karena tidak mungkin melakukan gerakkan itu,  anak tak mungkin  dipisahkan agar tidak  menonton televisi, dan juga tidak akan berdampak efektif  bila satu minggu tidak menonton televisi  tetapi selama 51 pekan menonton dengan  leluasa. Agaknya usaha yang lebih realistik untuk mengurangi dampak negatif televisi ini dapat diikuti saran dari Johnson (2000) dan Sutja (2006) yaitu:





    1. Matikan televisi sesering mungkin. Jauhkan anak dari televisi sampai ia berusia 12 tahun. Selubungi pesawat televisi atau taruh dalam lemari berpintu agar menjauhkan keinginan anak untuk menonton. Kita tak bisa melarang, kalau kita sendiri melakukan. Jika televisi meyala seleksilah acaranya dan tontonlah bersama  sehingga anda bisa berceritera apa yang sedang ditonton. Nyalakan lampu  ruangan  untuk menambah sumber cahaya lain.


    2. Bacakan buku dan dongengkan ceritera sesering mungkin. Anak- anak juga suka mendengarkan cerita tentang kehidupan kita diwaktu kecil. Menjelang tidur atau saat di kenderaan adalah saat yang baik untuk mendongeng. Bercerita membantu merangsang kemampuannya merangsang imajinasi.


    3. Ajaklah anak mengenal alam. Alam merupakan guru terbaik untuk belajar kesabaran, kegembiraan, pesona, dan observasi. Warna alam sungguh luar biasa dan seluruh panca indra dirangsang. Anak zaman sekarang sering  mengira alam itu membosankan, sebab mereka terbiasa dengan gambar-gambar yang bergerak cepat atau action yang sudah di kemas televisi . Belajar itu melibatkan seluruh panca indra, dan informasi samaim kepada kita dengan cara, sedemikian hingga otak pikir dapat menyerapnya. Alam itu realitas, televisi itu realitas semu. Buat rencana keluar, misalnya ke taman kebun pantai sehabis menonton.


    4. Jagalah keseimbangan  pancaindra mereka dengan memberi rangsangan yang sama  terhadap panca indra lainnya. Pengalaman melihat, mendengar, mencium, merasakan, dan menyentuh sangat penting bagi perkembangan dirinya. Tunjukan bagaimana anak bisa menemukan benda atau warna yang ditontonnya itu,  merasakan atau menciumnya.


    5. Agar memelihara retina maka perlu diatur jarak antara televisi dengan anak,  sedapat mungkin letak televisi tidak tinggi dari mata anak,  serta jangan  biarkan anak menonton televisi dengan jarak kurang dari 1,2 m. Usahakan pula agar latar belakang televisi tidak memiliki cahaya  yang  kontras.


    6. Biarkan anak menggunakan tangan, kaki, atau seluruh tubuhnya untuk melakukan aktivitas tertentu. Semua kegiatan luar ruangan; lari, melompat, memanjat, lompat tali dll membantu mengembangkan motorik lasar dan melienasi. Melakukan pekerjaan rumah tangga, memasak, bikin kue, merenda, memaku kayu, origami, bermain gitar, piano, melukis, menggambar dan mewarnai membantu mengembangkan motorik halus anak-anak.

 


  


BAB III


S I M P U L A N


 


Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagaiberikut :


 




  1. Televisi  merupakan  media massa yang berfungsi sebagai pusat sumber belajar bagi masyarakat, terutama sekali anak-anak yang memiliki daya pikat kuat sehingga sulit untuk dipisahkan dari kehidupan anak-anak. Televisi memiliki daya pikat karena sifatnya    yang    sederhana (mudah dipahami), distinctive, (menonjolkan hal yang berbeda)  disukai (mengikuti kehendak atau kesukaan pemirsanya), bermanfaat  (ada hikmah atau manfaat yang bisa dipetik dari tayangan itu) dan menarik (dengan menghiyas atau mengusahakan segala sesuatu itu menawan hati). 


  2. Televisi yang memiliki durasi yang cepat dapat mengangu keseimbangan reaksi  antara otak kiri dengan otak kanan, karena  sering kali  reaksi otak pikir dikalahkan  oleh  otak primitif dan limbig. Sehingga anak-anak yang menonton televisi akan terbiasa dengan mengoperasikan otak primitif saja, sehingga  akan cenderung berperilaku bertindak emosional tanpa memikirkan konkuensi logis dari tindakan mereka itu.


  3. Televisi  sesungguhnya hanya memberikan informasi kepada dua indra;  mata dan telinga. Namun memaksa  mata  untuk  kerja keras, fukus tetap, mungkin jarang berkedip, menerima gelombang elektromagnetik,  sehingga anak yang lama menonton televisi setiap hari berpotensi mengalami  kerusakan mata. 


  4. Televisi dapat mematikan gerak reflek anak,    karena gambar yang muncul bukanlah sebenarnya, sehingga  reaksi  otak menjadi tertipu. Dalam keadaan berulang kali, otak telah mengirim reaksi agar seseorang untuk mengambil tindakan tetapi tubuh tidak bereaksi, akhirnya  tubuh  kehilangan gerakan refleksnya, bahkan terlihat malas, tidak responsif. Hal ini pula yang mendorong meningkatkan obesitas dikalangan anak-anak maupun orang dewasa, disamping iklan permennya.


  5. Untuk mengatasi dampak negatif  televisi itu bagi anak-anak, maka cara yang realistik untuk dilakukan adalah dengan sering mematikan televisi, sisipkan  ceritera /dongeng untuk mengembang imajinasinya, tunjukkan anak gambar yang ditayangkan televisi  dengan benda alaminya agar ia bisa meraba, merasa, atau menciumnya agar bisa mengaktifkan indra yang tidak difungsikan saat nonton televisi, serta atur jarak anak menonton dan usahakan letak televisi tidak tinggi dari mata anak.

 


 


DAFTAR PUSTAKA


 


Bandura, Albert . (?). Social Learning Theory.



Johnson, Susan. R. (2000). Pengaruh televisi terhadap anak. Jakarta: Majalah Intisari Edisi  Mei 2000.


Moore, F (2004). Gaya Hidup Sehat dengan Sedikit nonton TV.  Departemen Kesehatan RI. Internet : posting 2008.


Sutja. Akmal (2006). Memahami Lingkungan Keluarga dan Pendidikan Anak. Jambi: Program Ekstensi BK FKIP Univ. Jambi